Produksi Bawang Merah Lokal Tak Terukur, Legislatif Segera Evaluasi Kinerja DKPP Sumenep
Sumenep, moralika.com — Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Sumenep tidak menetapkan patokan target untuk jumlah produksi bawang merah varietas lokal tahun ini. Keputusan tersebut, kini memicu perhatian dari anggota legislatif.
Ketua Komisi II DPRD Sumenep, Faisal Muhlis mengatakan, tidak ditetapkannya patokan target produksi bawang merah merupakan sebuah keputusan yang tidak tepat. Karena, hal itu berpotensi menyebabkan capaian hasil panen menjadi stagnan alias tidak ada peningkatan.
Menurutnya, sektor pertanian seharusnya memiliki arah yang terukur. Tanpa target yang jelas, pemerintah sulit memantau progresivitas dan efektivitas program bantuan yang direalisasikan ke sejumlah kecamatan.

“Kalau produksinya sama saja dengan tahun kemarin, itu sebenarnya sudah termasuk kerugian,” ungkapnya, Selasa (28/10/2025).
Belum lagi, jika hasil produksi malah turun dibandingkan tahun sebelumnya. Tentu harus dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap realisasi program yang digalakkan pemerintah. Khususnya berkaitan dengan sektor pertanian.
“Semua itu harus dijelaskan dalam bentuk angka yang jelas,” tegasnya.
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu tidak hanya menyoroti soal patokan target produksi. Seiring dengan itu, dia juga meminta eksekutif agar memperluas jangkauan realisasi program bantuan pertanian. Khususnya di bidang pengembangan produksi bawang merah varietas lokal.

“Harus ada perluasan ke wilayah lain, tapi harus ada kajian terlebih dahulu soal kecocokan lahan dan bibit,” ujarnya.
Berdasar data DKPP Sumenep, program pengembangan produksi bawang merah yang sudah terlaksana selama ini, hanya menjangkau dua kecamatan, yaitu Rubaru dan Ambunten. Teranyar, pemerintah mencanangkan perluasan jangkauan program tersebut ke dua kecamatan lain, meliputi Guluk-Guluk dan Lenteng.
“Kalau hanya di empat kecamatan, sulit berharap produksi bisa cepat naik,” kata Faisal.
Jumlah produksi bawang merah lokal tahun ini, masih jauh di bawah angka produksi tahun lalu. Perbandingannya, hasil produksi tahun 2024 mencapai sebanyak 14.442,2 ton. Sedangkan tahun ini, mulai Januari sampai September, jumlah produksi baru mencapai 13.552,8 ton. Angka ini menunjukkan selisih sebanyak 889.4 ton.

Menurut Faisal, selisih jumlah produksi yang terlampau cukup jauh antara perolehan tahun lalu dengan tahun sekarang, harus menjadi perhatian serius. Bahkan, data tersebut dianggap penting untuk dijadikan dasar evaluasi secara menyeluruh terhadap realisasi program pemerintah di sektor pertanian.
“Perlu dipelajari penyebab turunnya jumlah produksi itu, baru dicari solusinya,” jelasnya.
Selama ini, lanjut Faisal, Komisi II DPRD Sumenep sudah melakukan pembahasan awal dengan dinas terkait kondisi pertanian. Mengenai itu, rapat legislatif dengan eksekutif segera dijadwalkan kembali untuk mengevaluasi progresivitas program yang telah berjalan.
“Sudah sempat dibahas, nanti pasti kita panggil lagi untuk evaluasi,” katanya.

Kepala DKPP Sumenep, Chainur Rasyid mengatakan, target produksi bawang merah memang sengaja tidak ditetapkan. Karena menurutnya, kondisi cuaca dan medan lahan area tanam menjadi faktor utama yang menyulitkan penghitungan angka target secara pasti.
Meski begitu, DKPP Sumenep mencanangkan perluasan area tanam bawang merah di dua wilayah baru mulai tahun ini. Jangkauan baru dalam realisasi program pengembangan produksi bawang merah varietas lokal tersebut adalah Kecamatan Guluk-Guluk dan Lenteng. Sebelumnya, program serupa hanya terealisasi di di Kecamatan Rubaru dan Ambunten.
“Dua wilayah baru itu, sudah mulai tanam dan ke depan bisa berkontribusi terhadap peningkatan produksi bawang merah di Sumenep,” pungkasnya. (ifh/bus)

Join WhatsApp channel moralika.com agar tidak ketinggalan berita terbaru lainnya.
Gabung











